Selasa, 13 November 2018

HAL IHWAL KE-DIRI-AN SANG KUDA




----
"Cahaya pengahabisan itu telah berdiri di depan pintu,  hikayat perjalanan akan  diambil pergi,  aku tak takut sama sekali,  telah kusiapkan perjamuan suci,  altar ini adalah penyambutanku;  datanglah putih-putih,  aku sedamai senyummu. Hingga ritual ini usai, kapanpun; aku telah berlatih terbang. Maka, jangan ragu. Masuklah!"
ucap sang kuda
--------
2018
KHUSNI MUBAROK

SUARA KETEGUHAN


-----
Hai !
Siapa kalian yang hendak menyarangkan seribu peluru di dadaku (?) dekatkan bidikan! agar bisa kalian saksikan kematianku dengan ada! Bukan kejatuhanku!  Sebelum telunjuk merenggang dari pelatuk,  jangan pergi,  karena aku hanya terhujam ! Bawalah selempang kafan ! Kabarkan kematianku yang kalian tau!
------
2018
KhusniMubarok

MEMORABILIA


"Tersemburat darah di wajahku  dari  badik yang kusangkurkan di dadamu: ialah bahasa. Teruslah bersarang sampai aku lupa warna dan aromanya"
-----
Indramayu, 2018
KHUSNI MUBAROK

Kamis, 08 November 2018

RoH


RoH
...
...
...
Duh Gusti
...
Ampuni kami
Hanya mampu mengutuk
Hanya mampu berdoa..

Oleh : Asep Saefullah

JIWA





JIWA

----

dalam jasad
pada aliran darah
aku menerima hitam dan putihku
menyatu dengan detak

entah aku adalah pagi yang teduh bagimu
ataukah aku siang yang membuat kemarau di harimu
mungkin juga aku sekedar mimpimu
yang tak mampu menjadi bunga musim semi

apa yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah
tidak untuk sebuah kemenangan waktu
yang merajai nafsu
semua kembali pada putihnya kafan

jiwa ini akan kembali pada sang Pencipta
meninggalkan tubuh tanpa hitungan usia
yang kerap di pertanyakan
aku hanya jiwa dalam buntal tanya...

Oleh : Asep Saefullah

Pesan Yang Tak Sampai






Pesan Yang Tak Sampai

----
mata-mata angin
lidah-lidah api
jarum-jarum hujan
mengubur batu

langkah-langkah sepi
mengorek malam
menimbun bulan dalam sekam
mengalungkan kelabu awan

tertulis apa yang terilis
menjadi dongeng ribuan pesan
bukan lagi korek api yang membakar kayu
atau susu yang mengairi tubuh

daun tetap saja bermanja dengan  angin
lumut-lumut asik tidur di pinggir sungai
menikmati gericik usik
melambai kepada ikan-ikan yang bersembunyi

Oleh : Asep Saefullah

Hujan

Hujan....

------------

Ditabur hujan kesunyian malam ini
menderas pada getar kata
sajak-sajak ditulis menepis sepi
melebur jarak dirinya

bunga-bunga tumbuh
di antara jendela, kursi, dan meja
pasti dikenalnya rindu
merekah pada nafasmu

ujung-ujung jari yang sedari dulu menyentuhnya
melebur pada detak waktu

By : Asep Saefullah

AKU DAN KINI




AKU DAN KINI
----
Bimbang aku menghadap ke gigir laut, laksana luka nganga membesut menembus tulang, kikir mata pisau mengiris setiap yang dibuat tumbuh;  dari-dan- akan menjadi. Tapi mesti kubuka gerbang,  untuk melepas kenangan yang meletup pada warna dan kata yang mengekang, lalu meledakkan ruang, menjadi pekuburanku

Disana, cahaya kilat lumer pada sebidang lereng, hutan kerontang dan kerajaan kaum kadal, membunuh mimpi-mimpi di mata bocah tentang perkawinan musim-musim.  Tanah merah darah mencipta genangan, mengering dan-mati! 
Aku masih tak tergerak pulang,  masih kusaksikan perang dua saudara berkecamuk tanpa tanda henti,  bertukar hati, berbagi dongeng dan bersetubuh. Sebagian memburu,sebagian diserbu,  lagu hanyalah percumbuan pekik dan denting pedang; atas nama cinta  dan kegilaan

Kucing-kucing bermata api, mengintai dari celah bulan, disergapnya mantra-mantra penyihir sekedar menghibur rasa lapar, menunggu dingin membuka jalan bagi sang kawanan membusungkan kejantanan sebagai pemenang lakon tragedi;  bahkan dalam selimut cuaca yang demam tinggi sekalipun

Aku terus menyerbu ke dalam waktu, hendak kulepaskan akal sehat sampai aku mengerti bahwa hari ini dibangun oleh kilat dan julur api kala mula;  penindasan, penekanan, pem-berhala-an dan ke-aku-an yang diikat pada pucuk pedang

Tibalah aku,  di dinding sumur, tempat segala hikayat dikubur dalam-dalam, lebih dalam dari yang dimengerti kedalaman. Bukan,  bukan aku yang mendebum ke dalam,  kenanganlah yang mengawasiku dari bawah sana;  dalam lelah, aku melafal;  "cukup,  kembalikan aku ke kini!"
-----
Indramayu, 6 Nopember 2018
Khusni Mubarok Abdullah