TERIMA KASIH BU RATNA SARUMPEAT
Oleh : Kang Lukman
Pelajaran berikutnya adalah keberanian untuk meminta maaf. Bu Ratna sarumpet belum lama ini menggelar jumpa pers dalam rangka meminta permohonan maaf kepada publik atas tindakannya dalam pembuatan hoax yang cukup meresahkan dan merugikan masyarakat. Permohonan maaf ini merupakan langkah terpuji, dan dia menyadari bahwa apa yang dia lakukan merupakan kesalahan yang fatal, karena secara sengaja membuat berita bohong. Pengakuan berterus terang bahwa dialah yang telah membuat berita bohong tentu ada konsekuensi yang harus ditanggung olehnya.
Tayangan jumpa pers yang dilakukan oleh Bu Ratna cukup membuat publik tercengang atas ulahnya, seakan-akan tak habis pikir ko bisa-bisanya melakukan tindakan sebodoh itu. Selang tak berapa lama setelah jumpa pers tersebut, sontak publik meresponnya dengan sangat reaksioner. Berbagai kritikan, kecamaan, cacian bahkan hujatan dialamatkan kepadanya. Reaksi itu dipicu karena publik merasa kecewa dibohongi.
Apapun kritikan dan hujatan yang dialamatkan kepada bu Ratna, ternyata tersirat pelajaran berharga yang bisa kita petik, yang pertama keberanian berterus terang mengakui bahwa dirinya yang membuat hoax. Apapun motif yang melatar belakangi dalam membuat hoax, yang jelas keberanian berterus terang jauh lebih baik dan terpuji. Memang Bu Ratna harus menelan pil pahit atas kejujuran berterus terang, nilai yang harus dibayar atas kecerobohan dan kekhilafan membuat hoax, namun pengakuan bahwa dia sebagai pelakunya layak diapresiasi sebagai pelajaran berharga.
Mengaku salah itu jauh lebih baik sekalipun belum tentu salah, dibanding mengaku benar walaupun juga belum tentu benar. Mengaku salah ternyata menjadi cara efektif untuk meredam berbagai konflik dan percekcokan, kalau masing-masing berlomba-lomba untuk mengaku salah, maka dalam sekejap konflik dan percekcokan itu bisa langsung reda. Berbeda kalau masing-masing mengaku benar, justru masalah itu menjadi berlarut-larut, karena tidak mau disalahkan. Kita bisa belajar dari kisah Nabi Adam As yang diabadikan Al-Qur'an، dalam surat Al-A'raf ayat 23, yang dengan beraninya mengakui bahwa dirinya telah berlaku dholim atas kesalahannya melanggar yang telah dilarang Allah SWT.
Yang kedua keberanian meminta maaf, lagi-lagi tidak semua orang berani untuk meminta maaf atas kekhilafan dan kesalahan yang dilakukannya. Orang yang berani meminta maaf akan mencerminkan kebesaran jiwanya. Al-qur'an mengapresiasi permohonan maaf (ampunan) dengan bahasa istighfar, kata استغفر ini diulang sebanyak 26 kali. Sedangkan kata (اغفر) ampunilah diulang sebanyak 17 kali. Alquran mengapresiasi permohonan ampun Nabi Musa yang mengakui kesalahan dan memohon ampunan atas kekhilafan yang dilakukan, sebagaimana ada di surat Al-qashash ayat 16. Kalimat "mohon maaf" ini sederhana, namun memberi arti yang luar biasa manfaatnya. Andaikan kalimat ini diterapkan dalam kehidupan rumah tangga, maka bisa meminimalisir konflik dan percekcokan. Jika diterapkan dengan relasi bisnis, maka akan tambah kepuasannya. Jika diterapkan di dunia kerja, maka akan optimal kinerjanya. (Bersambung)
Semoga bermanfaat
Wallahu a'lam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar