Sabtu, 20 Oktober 2018

POSMODERN; Membongkar Dominasi Modernitas(Filsafat Modern,Filsafat Perenial,Hermenetika hingga Moh. Arkoun)



FILSAFAT MODERN

Oleh: Khusni Mubarok Abdullah






Kemunculan filsafat modern sebetulnya seiring dengan zaman baru atau"renaisance" dalam Istilah Barat, sekitar abad 15 dan 16 di masa abad pertengahan. Renaisance berarti kelahiran kembali; yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (Yunani-Romawi). yang paling penting dari masa ini adalah timbulnya ilmu pengetahuan Alam yang modern berdasarkan eksperimental dan matematis. Perintis jalan baru untuk perkembangan ilmiah modern adalah Leonardo Da Vinci (1452-1519), Nicolas Copernicus (1473-1543), Johanes Kepler (1571-1630) dan Galileo (1564-1643).

Bapak filsafat modern adalah Rene Descartes (1596-1650), bahkan setiap filosof modern merupakan pengikutnya. prinsipCagito ergo sum (saya berfikir, maka saya ada) menjadi inspirasi pemikiran yang banyak melahirkan banyak philosophy-rasionalisme, meskipun masing-masing memiliki karakter spesialisasi tersendiri. sebut saja Niestze, denganeksisitensialisnya menekankan kehendak berkuasa; Freud mengiisyaratkan insting seksual dan menunjuk naluri ekonomi sebagai inti kodrat manusia.


Filsafat modern sangat mengagungkan rasionalisme danempirisme (materialisme). menurut Thomas Kuhn, keduanya adalah paradigma sains, tapi bagi John Dewey seorang filosof Amerika apabila rasionalisme dan empirisme dikawinkan dapat membuahkan pemikiran ilmiah modern. ini menjadi karakter dan stigma yang cukup kuat dalam istilah modernisasi sampai saat ini.
pertanyaannya adalah sampai dimana filsafat modern mampu bertahan ? bagaimana pula filsafat Post modern menjadi alternatif sekaligus menggugatnya disaat bersamaan?


FILSAFAT PERENIAL


Istilah lain filsafat perenial ini adalah phylosophie-perennis (filsafat keabadian), pertama kali digunakan di dunia barat oleh Augustinus Steuchers melalui karyanya yang berjudul " De Perenni Philosophie" diterbitkan pada 1540, selanjutnya istilah tersebut dipopulerkan oleh Leibnitz 1715.

Dari sudut kebahasaan Perenial berasal dari bahasa latin Pereunisyang kemudian diadopsi kedalam bahasa Inggris yang berarti kekal selama-lamanya atau abadi. Istilah perenial biasanya muncul dalam wacana filsafat agama, agenda yang dibicarakannya adalah:pertama, tentang talian wujud yang absolut, sumber dari segala wujud tuhan yang maha benar adalah satu, dan hingga semua agama yang muncul dari satu pada prinsipnya sama karena dari sumber yang sama. kedua, filsafat perenial ingin membahas fenomena pluralisme agama secara kritis dan kontemplatif. meskipun agama yang benar hanya satu, tapi karena ia diturunkan pada manusia dalam spektrum historis dan sosiologis maka ia tampil dalam formatnya yang pluralistik. karenanya setiap agama memiliki kesamaan dengan agama lain sekaligus memiliki ke-khas-an sehingga berbeda dari yang lain. ketiga, filsafat perenial berusaha menelusuri seseoranga atau kelompok melalui akar-akar kesadaran religiusitas seseorang atau kelompok melaluisimbol, ritus serta pengalaman keagamaan.

filsafat perenial seperti dikemukakan diatas merupakan sebuah pandangan dunia ( a View of world) religius yang juga memiliki pemahaman khusus tentang realitas. dalam diri manusia terkandung dimensi realitas yang ilahiyah terlihat ke dalam tingkatan wujud yang paling rendah, menyebabkannya menjadi bingung tersesat dan akhirnya melupakan hakikat esensinya yang ilahiyah.

melalui Budy Munawar Rahman, Aldous Huxley memberi rumusan perenial kepada kita antara lain : (1) metafisika yang memperlihatkan suatu hakikat kenyataan ilahi dalam segala sesuatu, kehidupan dan fikiran.(2) suatu psikologi yang memperlihatkan adanya sesuatu dalam jiwa manusia (soul) yang identik dengan kenyataan ilahi itu dan (3) etika yang meletakkan tujuan manusia dalam pengetahuan terhadap dasar yang imanen dan transenden dari segala sesuatu.

Filsafat perenial memang berkaitan dengan yang Scientia sacra(absolut), oleh karenanya filsafat ini ialah pengetahuan yang selalu ada, dalam tradisi kristen disebut Grostic, sedangkan dalam Islam dinamakan al-Hikmah.
Agama memang beragam, akan tetapi semua tertuju pada titik absolut yang sama (esoterik); yaitu Tuhan. kerangka filosofis inilah yang oleh Frithjot Schoun disitilahkan dengan filsafat perenial.kalau Nurcholis Madjid (alm)- berbeda dalam pengistilahannya meskipun esensinya nyaris sama;dalam istilah teologi kesatuan agama-agama atau teologi inklusifnya, Nurcholis Madjid mencoba meretas alur fikir monoteisme (tauhid) dan sikap pasrah (al-islam) sebagai kalimah as-sawa (kesatuan agama-agama), hanya saja beliau menggunakan idiom-idiom islam dalam pengistilahannya. maka dibanding Schoun, perenialisme Nurcholis lebih bercorak Islam.

filsafat perenial sebetulnya bersifat tradisional, ini juga yang menjadi penyebab timbulnya pertentangan dengan filsafat modern, terutama dalam perebutan klaim keabsahan antara objektif dan subjektif. sains modern menganggap semakin terlihat secara material, maka semakin objektif. apalagi ilmu-ilmu ketuhanan (teologi) dianggap semakin bersifat subjektif. dari sudut pandang perenial akan berbeda, justru kebalikannya; yang metafisik (esoteris) adalah yang objektif karena merupakan hakikat dari yang manifes (yang eksoteris itu) kebenaran agama dipandang terletak pada sisi esoteris. sering kali orang terjebak bahwa benarnya agama dengan eksotoris, padahal itu hanya yang manifes saja. meskipun dalam hal yang manifes ada juga kebenaran sebagai akibat adanya yang esoteris dalam bungkus manifes.

Ajaran kebenaran esoteris di atas ini telah sejak lama dari zaman nabi Adam kemudian dikembangkan oleh nabi Idris yang dalam tradisi filsafat Yunani diidentikkan dengan Hermes sebagai father of phylosopher (abul hukkania). Hermes itulah yang menurut sebagian pendapat adalah nabi Idris, yang telah merintis cikal bakal filsafat perenial setelah ia menerima wahyu dari tuhan. dari nama Hermes inilah lalu lahir apa yang disebut filsafat Hermenetika; suatu kajian filosofis untuk mengenal inti pesan tuhan yang berada di balik ungkapan bahasa (teks).

Dalam dongeng Yunani, Hermes(nabi Idris) dipanggil oleh Dewa (tuhan) yang disana Hermes dapat perintah tuhan untuk disampaikan kepada pengikutnya karena hermes sadar betul tingkat kecerdasan serta situasi sikologis dan sosiologis rakyatnya, maka Hermes berusaha meredaksikan pesan tuhan dengan bahasa dan pengungkapan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh kaumnya, maka yang terjadi pada kasus Hermes ini adalah terjadinya dualitas antara esensi pesan dan bentuk atau medium untuk mengekspresikan pesan tuhan, dalam perkembangan selanjutnya, Hermenetika sering digunakan sebagai metode tafsir untuk menggali pesan tuhan yang perenial, dibalik wadah bahasa yang terikat oleh budaya dalam ruang dan waktu tertentu.

Wahyu yang diterima para nabi apabila dianalisa kembali akan memunculkan dua problem utama hermenetika. pertama, yang harus dipecahkan oleh para nabi ialah bagaiman menyampaikan kehendak tuhan yang menggunakan'bahasa bumi', kedua,bagaiman menjelaskan isi sebuah teks keagamaan kepada masyarakat yang hidup dalam tempat dan kurun waktu yang jauh berbeda dari pihak penulisnya, mengingat bahasa manusia demikian banyak ragamnya, sedangkan setiap bahasa mencerminkan pola budaya tertentu, maka problem penterjemahan dan penafsiran merupakan problem pokok dalam hermenetika.
Hermenetika selalu berkaitan dengan proses pemahaman, penafsiran dan penerjemahan atas pesan (lisan atau tulisan) untuk selanjutnya disampaikan kepada masyarakat yang hidup dalam dunia yang berbeda. ada tiga elemen inti dalam hermenetika, yaitu pengarang, teks dan pembaca. ketiganya harus dinamis, terbuka dan dialogis, karena tanpa itu maka sebuah teks akan kehilangan ruh dan ahirnya mati. persoalan menjadi rumit ketika jarak dan waktu, tempat dan budaya antara pengarang dan teks demikian jauh.

Persoalan keterasingan inilah yang menjadi perhatian utama Hermenetika sebagai sebagai sebuah teori interpretasi yang kemudian berkembang menjadi sebuah disiplin filsafat. tugas pokok hermenetika adalah bagaimana menafsirkan sebuah teks klasik atau teks yang asing sama sekali bagi kita yang hidup di zaman dan tempat dan setting sosial kultur yang berbeda.

inti Hermenetika adalah suatu kajian filsafat untuk mengenal pesan tuhan yang ada di balik ungkapan bahasa. dalam perkembangan selanjutnya hermenetika sering digunakan sebagai tafsir untuk menggali pesan tuhan yang perenial, di balik bahasa yang terikat oleh budaya dalam ruang waktu tertentu.

Proses penafsiran melalui hermenetika tidak menggunakan metode induksi atau deduksi, tapi dengan metode alternatif yang disebut abduksi, yaitu menjelaskan data berdasarkan asumsi dan analogi penalaran serta hipotesis-hipotesis yang memiliki berbagai kemungkinan kebenaran. disini pra-konsepsi dan pra-disposisi seorang penafsir dalam memahami teks memiliki peran yang penting dalam proyek pembangunan makna.
Pada dasarnya apa yang disebut pemahaman dan pengalaman agama sampai batas tertentu merupakan refleksi dan penafsiaran subjektif yang muncul dari proses dialog seseorang dengan dunia yang dihadapi. termasuk dunia tradisi dan teks keagamaan. dengan kata lain, ketika seseorang membaca dan memahami sebuah teks, secara tidak langsung ia memproduksi ulang dan menfsir teks sesuai dengan kemampuan dan kecenderungan subjektifnya.

MENGENAL ARKOUN

 (bersambung)
.........................................................................



Tidak ada komentar:

Posting Komentar