Rabu, 17 Oktober 2018

BELAJAR ALFATEKA ( berbeda itu rahmat)


BELAJAR "ALFATEKA"

#berbeda itu rahmat
Oleh Kang Lukman



Kalimat "alfateka" ternyata memicu perdebatan dan komentar yang beragam, ada yang mencoba mengkajinya dari sudut pandang disiplin ilmu bacaan Al-Qur'an, bahwa makhroj huruf (ح) berbeda dengan makhroj huruf (ك) sehingga berimplikasi makna yang berbeda pula. Ada yang menganalisanya melalui pendekatan dialek bahasa, karena dalam pembacaan al-qur'an juga mengakomodir 7 macam bacaan yang dikenal dengan nama qiroaah sab'ah. Ada yang memandang nya dari sisi bentuk kata (morphology), dan berbagai sudut pandang lainnya. Yang jelas komentarnya beragam baik yang positif, maupun berkomentar negatif termasuk ada juga yang mentertawakannya. Apapun komentarnya silahkan itu hak masing-masing dalam menilai, selagi kita bisa menghargai cara pandang orang lain, malah akan menambah wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan, terutama diskursus seputar Alfatihah dan Alquran.
Adanya keragaman pandangan merupakan anugerah sekaligus rahmat Tuhan. Sayang hanya karena berbeda pandangan, kita saling menjelekkan, mencemooh bahkan bermusuhan. Berbeda itu menandakan ke-Maha Besaran Tuhan, buktinya sejak manusia pertama diciptakan sampai sekarang tidak ada yang sama, semuanya berbeda-beda, baik bentuk wajah, kornea mata, sidik jari, termasuk bunyi suara bicara, semuanya menunjukkan identitas kekhasan. Karena berbeda inilah manfaatnya sekarang diadaptasi untuk kebutuhan absensi sidik jari, metode identifikasi dan lainnya.
Berbeda itu anugerah kekayaan untuk menambah khazanah wawasan dan pengetahuan. Sebagai ilustrasi kita bisa memperhatikan bahwa setiap manusia yang dilahirkan, ternyata dia limited edition, desain nya satu hanya untuk dia, tidak dipakai untuk yang lain sekalipun kembar identik, kalau diperhatikan secara seksama pasti ada yang berbeda, desainnya tidak diproduksi massal seperti pabrikan. Ini menandakan bahwa Tuhan maha kaya akan desain, belum lagi desain untuk yang lainnya. Pola penciptaan yang berbeda-beda ini karena Tuhan ingin memberikan pendidikan agar akal pikiran kita mau mengamati, meneliti sekaligus menghasilkan karya-karya inovatif. Hal ini juga yang ditegaskan dalam Al-Qur'an surat an-nahl ayat 69 bahwa beragam buah-buahan yang ada itu menjadi pelajaran agar kita mau mendayagunakan akal pikiran.
Berbeda itu untuk saling mengisi dan melengkapi, maka apa yang ada dalam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan. Manusia diciptakan untuk berpasangan, makanya ada laki-laki ada perempuan, anggota tubuh juga berpasangan, ada telinga kanan ada telinga kiri, kaki kanan kaki kiri, tangan kanan tangan kiri, mata kanan mata kiri. Juga Tuhan menciptakan ada siang ada malam, ada manis ada pahit, ada kaya ada miskin, ada bahagia ada sengsara dan lain sebagainya. Disamping berpasangan, juga ada keragaman, beragam suku, bangsa dan bahasa, tujuannya untuk ta'aruf (lihat surat al-hujurat ayat 13) yaitu saling belajar, saling mengenali, saling memberi pengertian, saling memberi pengetahuan, karena kalau tak kenal maka tak sayang, lagi-lagi berbeda itu rahmat.
Berbeda adalah sunatullah, berbeda juga adalah pilihan, maka tak sepatutnya karena berbeda kita saling mencela, apalagi hanya sekedar berbeda pandangan dan pilihan. Jika kita menemukan perbedaan pandangan, maka kata hikmah yang pernah disampaikan Imam Asy-Syafi'i layak menjadi inspirasi untuk dijadikan rujukan, yaitu :
رأيي صواب ويحتمل الخطأ ورأي غيري خطأ يحتمل الصواب
“Pendapatku itu benar, tapi boleh jadi salah. Dan pendapat selain ku itu salah, tapi boleh jadi benar”
Kiranya kalau kita berpijak dengan kata hikmah tersebut, maka perbedaan pandangan benar-benar akan menjadi rahmat.
Semoga bermanfaat
Wallahu a'lam bisshowab


Tidak ada komentar:

Posting Komentar