BELAJAR "ALFATEKA"
#berbeda itu rahmat
Oleh Kang Lukman
Kalimat "alfateka" ternyata memicu perdebatan dan
komentar yang beragam, ada yang mencoba mengkajinya dari sudut pandang disiplin
ilmu bacaan Al-Qur'an, bahwa makhroj huruf (ح) berbeda dengan makhroj huruf (ك) sehingga berimplikasi makna yang
berbeda pula. Ada yang menganalisanya melalui pendekatan dialek bahasa, karena
dalam pembacaan al-qur'an juga mengakomodir 7 macam bacaan yang dikenal dengan
nama qiroaah sab'ah. Ada yang memandang nya dari sisi bentuk kata (morphology),
dan berbagai sudut pandang lainnya. Yang jelas komentarnya beragam baik yang
positif, maupun berkomentar negatif termasuk ada juga yang mentertawakannya.
Apapun komentarnya silahkan itu hak masing-masing dalam menilai, selagi kita
bisa menghargai cara pandang orang lain, malah akan menambah wawasan dan
khazanah ilmu pengetahuan, terutama diskursus seputar Alfatihah dan Alquran.
Adanya keragaman pandangan merupakan anugerah sekaligus
rahmat Tuhan. Sayang hanya karena berbeda pandangan, kita saling menjelekkan,
mencemooh bahkan bermusuhan. Berbeda itu menandakan ke-Maha Besaran Tuhan,
buktinya sejak manusia pertama diciptakan sampai sekarang tidak ada yang sama,
semuanya berbeda-beda, baik bentuk wajah, kornea mata, sidik jari, termasuk
bunyi suara bicara, semuanya menunjukkan identitas kekhasan. Karena berbeda
inilah manfaatnya sekarang diadaptasi untuk kebutuhan absensi sidik jari,
metode identifikasi dan lainnya.
Berbeda itu anugerah kekayaan untuk menambah khazanah wawasan
dan pengetahuan. Sebagai ilustrasi kita bisa memperhatikan bahwa setiap manusia
yang dilahirkan, ternyata dia limited edition, desain nya satu hanya untuk dia,
tidak dipakai untuk yang lain sekalipun kembar identik, kalau diperhatikan
secara seksama pasti ada yang berbeda, desainnya tidak diproduksi massal
seperti pabrikan. Ini menandakan bahwa Tuhan maha kaya akan desain, belum lagi
desain untuk yang lainnya. Pola penciptaan yang berbeda-beda ini karena Tuhan
ingin memberikan pendidikan agar akal pikiran kita mau mengamati, meneliti
sekaligus menghasilkan karya-karya inovatif. Hal ini juga yang ditegaskan dalam
Al-Qur'an surat an-nahl ayat 69 bahwa beragam buah-buahan yang ada itu menjadi
pelajaran agar kita mau mendayagunakan akal pikiran.
Berbeda itu untuk saling mengisi dan melengkapi, maka apa
yang ada dalam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan. Manusia diciptakan
untuk berpasangan, makanya ada laki-laki ada perempuan, anggota tubuh juga
berpasangan, ada telinga kanan ada telinga kiri, kaki kanan kaki kiri, tangan
kanan tangan kiri, mata kanan mata kiri. Juga Tuhan menciptakan ada siang ada
malam, ada manis ada pahit, ada kaya ada miskin, ada bahagia ada sengsara dan
lain sebagainya. Disamping berpasangan, juga ada keragaman, beragam suku, bangsa
dan bahasa, tujuannya untuk ta'aruf (lihat surat al-hujurat ayat 13) yaitu
saling belajar, saling mengenali, saling memberi pengertian, saling memberi
pengetahuan, karena kalau tak kenal maka tak sayang, lagi-lagi berbeda itu
rahmat.
Berbeda adalah sunatullah, berbeda juga adalah pilihan, maka
tak sepatutnya karena berbeda kita saling mencela, apalagi hanya sekedar
berbeda pandangan dan pilihan. Jika kita menemukan perbedaan pandangan, maka
kata hikmah yang pernah disampaikan Imam Asy-Syafi'i layak menjadi inspirasi
untuk dijadikan rujukan, yaitu :
رأيي صواب ويحتمل الخطأ ورأي غيري خطأ يحتمل الصواب
“Pendapatku itu benar, tapi boleh jadi salah. Dan pendapat
selain ku itu salah, tapi boleh jadi benar”
Kiranya kalau kita berpijak dengan kata hikmah tersebut, maka
perbedaan pandangan benar-benar akan menjadi rahmat.
Semoga bermanfaat
Wallahu a'lam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar