Senin, 08 Oktober 2018

MAHALNYA LISAN

MAHALNYA LISAN

Oleh : Kang Lukman


Dalam prosesi akad nikah ada momentum sakral, yaitu adanya perjanjian suci yang diucapkan secara verbal oleh seorang calon suami atas ijab yang disampaikan oleh wali. Selagi lisannya belum mau berucap secara verbal, maka belum ada nilai apa-apa, dan belum dianggap sah sebagai suami-istri. Yang menarik justru janji itu harus diucapkan secara verbal melalui lisannya. Begitupun perjanjian itu bisa batal ( talaq ) lagi-lagi harus terucap dari lisan. Ternyata peran lisan begitu mahal dalam pola hubungan menjadi suami istri atau tidak lagi menjadi suami istri, karena barometer nilai kelanggengan dalam sebuah pernikahan bisa diuji dari sejauh mana masing-masing bisa menjaga lisannya.



Komitmen menjaga itu terbangun bermula ketika lisan secara sadar berani berucap ijab qobul dalam prosesi akad nikah, yang dalam bahasa al-qur'an disebut dengan (ميثاقا غليظا) perjanjian super berat. Beratnya janji yang diucap dari lisan ini karena berkonsekuensi pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing, sekaligus pertanggungjawaban dunia akhirat.

Dalam menahkodai bahtera rumah tangga, badai terbesar nya bukan faktor ekonomi apalagi adanya orang ketiga, tetapi sejatinya badai itu bermula dari lisan kita sendiri, yang tidak dijaga. Percekcokan yang berlarut-larut dengan dalih ekonomi atau orang ketiga biasanya berujung perceraian. Permasalahan kondisi ekonomi, tidak akan menjadi alasan perceraian, kalau masing-masing melalui lisannya menampilkan kata-kata yang indah dan saling menyemangati untuk bersyukur. Tetapi akan berbeda kalau dari lisannya yang keluar kata-kata penuh emosi, bisa berujung dengan perceraian.

Kehadiran pihak ketiga yang dianggap sebagai badai dalam rumah tangga, ternyata kalau dicermati asalnya juga dari lisan yang tak terjaga. Andaikan masing-masing bisa menjaga lisannya, maka potensi pihak ketiga bisa berlabuh dalam rumah tangga kita akan sangat sulit. Tetapi karena lisan kita tergoda sehingga membuka ruang untuk berkomunikasi lebih jauh, maka prahara adanya pihak ketiga bisa menjadi leluasa masuk didalamnya. Lagi-lagi lisan yang berperan utama dalam menjaga atau merusak, maka tepat sekali ada kata hikmah "Keselamatan manusia bergantung dengan menjaga lisannya".

Semoga bermanfaat
Wallahu a'lam bisshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar